24 C
id

Letusan Gunung Marapi, Ancaman dan Tindakan Mitigasi.

Bukittinggi, Matajurnalist.com_ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, melalui Badan Geologi, mengeluarkan siaran pers terkait aktivitas letusan Gunung Marapi. Siaran pers tersebut dirilis pada Kamis, 30 Mei 2024, sore hari.

Siaran pers bernomor 56/KM.05/BGL/2024 menjelaskan bahwa Gunung Marapi, yang secara administratif terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, telah mengalami letusan. Puncak gunung ini berada pada ketinggian 2891 mdpl dengan koordinat 0° 22' 47,72" LS - 100° 28' 16,71" BT.

Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N. M.So, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menyampaikan bahwa aktivitas Gunung Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Marapi yang berlokasi di Jl. Prof. Hazairin No. 168, Bukittinggi, Sumatera Barat.

Berdasarkan rekaman seismograf dan hasil pengamatan visual, pada Kamis, 30 Mei 2024, pukul 13:04 WIB, terjadi letusan di Kawah Verbeek Gunung Marapi. Letusan tersebut menghasilkan kolom abu setinggi sekitar 2000 meter di atas puncak (4891 meter di atas permukaan laut).

Kolom abu yang berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Letusan ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,4 mm dan durasi gempa 2 menit 2 detik, serta menghasilkan suara dentuman yang terdengar hingga Pos PGA Marapi. Material letusan diperkirakan jatuh di sekitar puncak Gunung Marapi.

Erupsi pada tanggal 30 Mei 2024 dipicu oleh tekanan dan pasokan magma dari kedalaman, yang terindikasi dari grafik deformasi tiltmeter yang menunjukkan inflasi pada tubuh gunungapi. Selain itu, terekam juga gempa Tektonik Lokal (TL) dan Vulkanik Dalam (VA) dalam jumlah signifikan pada tanggal 26 Mei 2024, yaitu 40 kali gempa TL dan 3 kali VA.

Rangkaian letusan Gunung Marapi telah terjadi secara tidak kontinyu sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini. Letusan ini menghasilkan endapan material berupa abu, lapili, hingga batu atau bom vulkanik di daerah puncak dan lereng Gunung Marapi. Apabila material vulkanik ini bercampur dengan air hujan, dapat membentuk lahar yang mengalir ke daerah dengan elevasi lebih rendah dan aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi. Masyarakat diminta waspada terhadap potensi bahaya lahar ini.

Aktivitas Gunung Marapi secara umum menunjukkan penurunan, namun masih bersifat fluktuatif dan belum stabil. Oleh karena itu, potensi letusan masih dapat terjadi.

Hingga saat ini, tingkat aktivitas Gunung Marapi masih berada pada Level Siaga dengan rekomendasi sebagai berikut:

(1).Masyarakat dan pendaki dilarang memasuki radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) Gunung Marapi.

(2). Masyarakat di sekitar lembah dan bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi harus waspada terhadap potensi bahaya lahar, terutama saat musim hujan.

(3). Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau menggunakan masker untuk melindungi saluran pernapasan, serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu, sarana air bersih harus diamankan dan atap rumah yang tertutup abu vulkanik harus dibersihkan.

(4). Semua pihak diminta menjaga suasana kondusif dan tidak menyebarkan informasi palsu (hoax). Masyarakat harus mengikuti arahan dari pemerintah daerah.

(5). Pemerintah daerah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam harus selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Bukittinggi.

(6). Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi melalui aplikasi Magma Indonesia yang dapat diunduh dari Play Store, serta melalui website Badan Geologi (https://geologi.esdm.go.id), website PVMBG (https://vsi.esdm.go.id), atau media sosial PVMBG (https://linktr.ee/PVMBG). Demikian disampaikan oleh Dr. Ir. Muhammad Wafid, dalam siaran pernya.***

Pewarta : sutan mudo / rel
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

- Advertisment -