24 C
id

Trauma Banjir Lahar Dingin Susulan, Warga Agam Takut Tidur Malam Saat Hujan.

Agam Matajurnalist.com_Sejumlah warga di Kabupaten Agam, terutama korban terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi, mengaku masih mengalami trauma. Banjir lahar yang terjadi pada Sabtu, 11 Mei 2024 lalu, telah mengubah pola hidup mereka secara signifikan.

"Kalau dulu, saat hujan turun, tidur kami menjadi lebih nyenyak. Sekarang tidak, kami takut jika hujan karena trauma banjir lahar," ungkap Hatta Rizal, warga Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Kamis, (20/6/ 2024)

Hatta mengatakan, pasca banjir lahar, warga di kampungnya terpaksa melakukan ronda secara bergantian. Selain menjaga kampung dari risiko pencurian, mereka juga memantau ketinggian debit air di pinggir sungai. "Ronda makin intens terutama di kala hujan. Jujur saja, kami takut jika banjir kembali terulang," katanya.

Sejak kejadian pada 11 Mei 2024, sering terjadi peningkatan debit air sungai. Setiap kali debit air meningkat, warga-warga yang rentan seperti ibu dan anak, harus diungsikan. 

"Bayangkan, kami terpaksa mengungsikan orang tua dan anak-anak di tengah hujan. Meski debit air pada akhirnya aman, kami tak bisa mengambil risiko. Sekarang saya lihat, banyak warga yang terganggu kesehatannya," jelasnya.

Selain perubahan pola hidup, banyak warga di kampung tersebut terancam kehilangan pekerjaan karena lahan pertanian mereka tertimbun material vulkanik. Lahan pertanian yang tertimbun tidak bisa digarap, dan saluran irigasinya juga rusak. Para petani hanya bisa menunggu respon dari pemerintah. 
"Saya sangat berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan Sabo Dam di hulu sungai. Jika itu sudah dibangun, kecemasan kita akan berkurang. Saat ini semuanya penuh ketidakpastian," harap Hatta.

Jorong Cangkiang merupakan salah satu wilayah terdampak akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi. Di kampung ini mengalir sebuah sungai bernama Batang Aia Katiak, yang berhulu dari Nagari Bukik Batabuah langsung dari Gunung Marapi. 

Banjir lahar pada 11 Mei lalu mengakibatkan sungai ini meluap dan membanjiri pemukiman. Lebih dari 50 rumah terendam dan puluhan hektar lahan pertanian tertimbun di Jorong Cangkiang, dan juga mobil serta kendaraan roda dua banyak juga di bawa banjir lahar dingin saat itu.

"seperti motor saya sendiri ketika di parkir di rumah, siap banjir lahar dingin pada malam itu, kita lihat motor tidak ada di tempat semula, dan di temukan oleh warga lebih kurang 20 meter dari parkir sebelumnya," ucap Hatta Rizal.

Warga kini berharap agar trauma dan ketidakpastian ini segera teratasi dengan adanya tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur dan menyediakan solusi jangka panjang, pungkas Hatta Rizal saat memberikan keterangan kepada awak media.***

Pewarta : sutan mudo 
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

- Advertisment -