24 C
id

MUI Sumbar, Ulama Harus Menjadi Penyejuk dalam Wawasan Politik Syar'i.


Bukittinggi Matajurnalist.com_Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Gusrizal Gazahar, menegaskan bahwa peran ulama dalam memberikan wawasan politik syar'i sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan ketenangan di tengah masyarakat. 

Hal ini disampaikannya saat sesi podcast Sisi Lain Ashpen pada hari Rabu (23/10) di Pustaka Buya Gusrizal Lantai III Jalan Bay Pass Bukittinggi bersama host Podcast Sisi Lain Ashpen, Zulfamiadi .

Buya sampaikan Ulama harus memberikan wawasan politik syar'i dan menjaga keseimbangan dan ketenangan dintengah masyarakat dan hal ini juga telah dituangkan dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda), di mana disebutkan bahwa ulama harus tetap istiqamah dalam mendidik umat terkait politik yang sesuai dengan syariat Islam.

Buya Gusrizal menjelaskan bahwa politik syar'i mengajarkan kepada umat tentang pentingnya memilih pemimpin yang memenuhi kriteria syariat, seperti memiliki rekam jejak yang baik, adil, dan mampu mengelola pemerintahan dengan mempertimbangkan kepentingan seluruh masyarakat, bukan hanya kelompok tertentu atau tim sukses.

 "Pemimpin harus berlaku adil dan menjadi pemimpin untuk semua, bukan hanya untuk kelompok yang mendukungnya," tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa mimbar agama tidak boleh dijadikan alat untuk mendukung salah satu pasangan calon (paslon) secara terbuka. 

"MUI tidak mendukung ulama yang memihak secara langsung kepada paslon tertentu. Kita harus menjaga netralitas dan memberikan wawasan kepada umat agar mereka lebih dewasa dan cerdas dalam berpolitik," ujar Buya Gusrizal.

Lebih lanjut, Buya Gusrizal menyatakan bahwa umat tidak bisa menolak sistem politik yang ada saat ini, namun harus memanfaatkannya sebaik mungkin untuk mendatangkan manfaat dan menghindari kemudaratan. 

"Kita harus menjalani sistem ini dengan maksimal, agar menghasilkan kebaikan dan tidak membawa dampak negatif," tambahnya.

Kemudian Buya Gusrizal juga mengingatkan bahwa politik tanpa etika dan nilai-nilai agama dapat memunculkan berbagai masalah, seperti praktik politik uang dan fitnah. 

"Jika tidak ada etika, adat, dan nilai-nilai agama, fitnah dan money politics akan merajalela. Agama memang memiliki ajaran politik, namun jangan sampai agama dijadikan alat untuk kepentingan politik semata, karena agama adalah tujuan utama," tegasnya.

Tujuan utama berpolitik, menurut Buya Gusrizal, adalah agar seorang pemimpin dapat menjalankan tuntunan agama secara sempurna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam konteks ini, politik harus dilihat sebagai kerangka yang mengandung prinsip-prinsip akhlak dan etika, serta bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat demi terciptanya kemaslahatan yang diridhai oleh Allah SWT.

"Jangan sampai Pilkada ini memecah belah kita. Jangan sampai dalam lima tahun ke depan kita terjebak dalam pertengkaran, saling caci, dan saling memaki. Politik harus membawa kemaslahatan, bukan perpecahan," tutupnya.
Setelah kegiatan podcast yang membahas kondisi terkini Sumatera Barat bersama program "Sisi Lain Ashpen," Buya Gusrizal turut memberikan kenang-kenangan berupa lima buku hasil karyanya kepada Tim Ashpen yang hadir pada saat itu. Penyerahan buku tersebut menjadi momen istimewa, sebagai bentuk apresiasi Buya atas diskusi yang telah berlangsung dan untuk memperkaya wawasan tim dengan pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam karya tulisnya.***

Pewarta : sutan mudo 
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Posting Komentar

- Advertisment -