Menumbuhkan Generasi Hafidz Berkualitas melalui Pendidikan Tahfiz di Bukittinggi
Pembina Yayasan, Ibnu Asis, bersama para santri Cahaya diatas Cahaya, Selasa (21/1/2025).
Bukittinggi MataJurnalist.com_Sejak didirikan pada tahun 2017, Yayasan Cahaya di atas Cahaya telah berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan berbasis pengajaran Al-Qur'an dengan dua model pembelajaran utama, diantaranya Pondok Tahfiz dan Sekolah Tahfiz.
Kedua model ini bertujuan untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga memiliki ketaqwaan yang tinggi. Hal ini disampaikan oleh Pembina Yayasan, Ibnu Asis, saat ditemui di sekolah mereka yang terletak di Jalan Flanboyan, Inkorba, Bukittinggi pada hari Selasa (21/1/2025) siang.
Menurut Ibnu Asis, cara belajar yang diterapkan di yayasan ini tidak berbeda jauh dengan sekolah formal lainnya. Namun, sistem yang digunakan adalah sistem pendidikan non-formal dengan pendekatan yang lebih fokus pada penghafalan Al-Qur'an. Anak-anak yang belajar di Pondok Tahfiz tinggal di asrama dan menjalani kegiatan belajar mengajar serta menghafal Al-Qur'an.
Sementara itu, Sekolah Tahfiz berfungsi layaknya sekolah formal, dengan anak-anak yang berijazah paket. "Kami menghimbau generasi muda untuk melakukan hal-hal yang positif, terutama dalam hal menghafal Al-Qur'an, sebagai upaya untuk membangkitkan potensi di masa depan," ujar Ibnu Asis.
Ketua Yayasan Dwi Warna Komalasari (kiri) di dampingi Ustazah yang sedang Magang, merupakan Alumni yang Hafiz Quran.
Ibnu juga menambahkan bahwa menghafal Al-Qur'an adalah pilihan pendidikan yang sangat mulia. "Jangan merasa rendah diri jika Al-Qur'an adalah pilihan kita untuk pendidikan. Yakinlah bahwa itu adalah pendidikan tertinggi yang Tuhan hadiahkan kepada umat Islam," ujarnya.
Selanjutnya, Ia menjelaskan bahwa selain ilmu pengetahuan, pendidikan yang diterima di yayasan ini juga bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sementara itu, Ketua Yayasan Dwi Warna Komalasari, dalam wawancara dengan awak media, mengungkapkan bahwa yayasan mereka kini memiliki tiga cabang yang tersebar di Bukittinggi, Batam, dan Bengkulu.
Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan Tahfiz mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Untuk tingkat SMP dan SMA, santri diwajibkan untuk mondok, yakni tinggal di asrama selama masa belajar.
"Alhamdulillah, alumni kami sudah ada yang diterima di Universitas Al-Azhar Mesir, Fakultas Kedokteran, Universitas Padang (Unand), Universitas Negeri Yogyakarta, serta beberapa universitas di Malaysia dan daerah lainnya," tutur Komalasari.
Sekolah di yayasan ini beroperasi dari Senin hingga Jumat, sementara pada hari Sabtu dan Minggu, membuka program Santri Weekend yang dikenal dengan nama Tahfiz Weekend. Program ini memungkinkan santri untuk datang pada Jumat sore dan pulang pada Minggu pagi, memberikan kesempatan bagi mereka untuk terus belajar dan menghafal Al-Qur'an.
Komalasari juga menjelaskan bahwa yayasan ini telah terdaftar di Kementerian Agama dan memiliki legalitas yang sah, sehingga ijazah yang diberikan kepada santri sudah diakui, baik sebagai ijazah dari Pondok Tahfiz atau ijazah formal yang menginduk ke Paket C, ucapnya.
Salah satu kebanggaan mereka adalah adanya alumni yang telah menghafal 25 juz Al-Qur'an dan berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand).
"Kami sangat bangga dengan prestasi ini, dan kami akan terus berusaha mencetak lebih banyak generasi penerus yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia," ucapnya.
Dengan pendekatan yang menggabungkan pendidikan formal dan non-formal, Yayasan Cahaya di atas Cahaya terus berkomitmen untuk mencetak generasi yang tidak hanya hafal Al-Qur'an, pungkasnya.***
Pewarta : sutan mudo
Posting Komentar